KABAR LLDIKTI – LLDIKTI Wilayah XVI Gorontalo menggelar diskusi peluang kerjasama pendidikan Perguruan Tinggi Indonesia dengan Arab Saudi. Diskusi yang digelar secara daring ini,diikuti oleh seluruh Pimpinan PTS yang ada di lingkungan LLDIKTI Wilayah XVI dengan menghadirkan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh, Badrus Sholeh sebagai narasumber.
Diskusi tersebut mengusung dua topik yaitu Peluang kerjasama alumni Perguruan Tinggi Indonesia di Arab Saudi khususnya sektor kesehatan dan Peluang kerjasama Perguruan Tinggi Indonesia dengan Perguruan Tinggi Arab Saudi yang masuk dalam QS 100.
Dalam sambutannya, Kepala LLDIKTI Wilayah XVI Munawir Sadzali Radzak menyampaikan ada dua aspek yang perlu diperkuat di 90 Perguruan Tinggi yang tersebar di tiga provinsi yaitu Gorontalo, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah yang menjadi lingkup kerja LLDIKTI Wilayah XVI yaitu adanya indikator kinerja utama (IKU) yang diantaranya Program Studi bekerjasama dengan mitra kelas dunia baik dalam kurikulum, magang dan penyerapan lulusan.
“Dari informasi yang kami dapat, di Arab Saudi ternyata banyak perguruan tinggi yang bereputasi internasional. Untuk itu dalam diskusi ini kiranya kami dapat mengetahui dari narasumber apakah PTS di LLDIKTI XVI memiliki peluang untuk menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi yang ada di Arab Saudi,” Kata Munawir.
Aspek kedua, Perguruan Tinggi di wilayah LLDIKTI XVI dituntut untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mudah terserap di dunia kerja dan Arab Saudi merupakan salah satu destinasi tenaga kerja yang mobilitasnya cukup tinggi khususnya di bidang kesehatan.
“Tidak hanya bidang kesehatan saja, namun melalui diskusi ini kiranya ada informasi dan peluang bagi semua bidang ilmu,” Tambah Munawir.
Sementara itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh Badrus Sholeh menjelaskan, Arab Saudi merupakan salah satu negara kuat di kawasan Timur Tengah. Di tahun 2014 Arab Saudi pernah mengalami krisis dimana saat itu harga minyak anjlok sehingga pemerintah harus mengeluarkan tabungannya untuk pembiayaan negara. Sejak itu Arab Saudi mencanangkan untuk mengurangi ketergantungan pada sektor minyak bumi serta mengembangkan sektor layanan umum seperti kesehatan, pendidikan, infrstruktur, rekreasi dan pariwisata.
“Visi 2030 Arab Saudi menempatkan pendidikan tinggi pada level strategis. Arab Saudi menargetkan ada lima kampus yang masuk dalam QS WUR 100-500 hingga 2030. Saat ini sudah ada tiga kampus yakni King Abdulazis University rangking 106, King Fahd University of Petroleum & Minerals rangking 160 dan King Saud University rangking 237. Rangking ini dicapai hanya dalam waktu enam tahun sejak pencanangan visi 2030,” Jelas Badrus.
Badrus juga mengatakan reformasi besar-besaran di bidang pendidikan juga dilakukan Arab Saudi mulai dari kurikulum, dosen hingga memperbanyak mahasiswa internasional termasuk indonesia. Setiap tahun, Arab Saudi menerima kurang lebih 500 mahasiswa dari Indonesia yang mendapatkan beassiswa dari pemerintah Arab Saudi baik sarjana, magister dan doktor di semua bidang studi. Dengan total anggaran 750 Triliyun Rupiah setiap tahunnya untuk bidang pendidikan bagi 20 perguruan tinggi di Arab Saudi dalam bentuk beasiswa bagi mahasiswa luar negeri.
“Bagi Bapak Ibu yang ingin melanjutkan studinya di Arab Saudi, saat ini ada peluang beasiswa yang bisa didapatkan, tidak hanya pada bidang studi islam, tetapi juga di bidang sains, teknik, ekonomi dan lain-lain,” kata Badrus.
Di bidang kesehatan, Arab Saudi juga membutuhkan perawat dan tenaga kesehatan sekitar 3000-4000 orang dari Indonesia setiap tahunnya. Saat ini perawat dan tenaga medis direkrut melalui rumah sakit dan pemerintah daerah Arab Saudi dengan gaji sekitar 3000-4000 Riyal,bonus tahunan, serta kesempatan Umroh dan Haji.
“Saat ini lebih dari 50 Perguruan Tinggi Indonesia telah melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi Arab Saudi pada bidang Teknik, Sains, Bahasa Arab, Kesehatan, dan bidang lain. Arab Saudi juga mengundang Profesor dan peneliti Indonesia khususnya bidang teknik, sains, keuangan, manajemen dan Ilmu Sosial. Sedangkan untuk Tenaga dosen, terdapat 40 dosen Indonesia yang mengajar di universitas Arab Saudi,” tambah Badrus.
Badrus juga mengimbau agar Perguruan Tinggi di wilayah LLDIKTI XVI yang ingin menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi di Arab Saudi dapat mulai mempersiapkan segala dokumen yang dibutuhkan, sebagai perpanjangtanganan Indonesia, Atase pendidikan dan kebudayaan KBRI Riyadh siap memfasilitasi kerjsama tersebut sebagai upaya peningkatan mutu perguruan tinggi di Indonesia. (Humas)